Memulai Kehidupan di Luar Angkasa

8:51 PM , 0 Comments


Jika kita menilik ke masa lalu dimana film-film non fiksi menyajikan cerita tentang kehidupan di planet selain bumi, sepertinya hal tersebut bukan sekedar fantasi lagi. Kini, manusia tengah berupaya untuk mewujudkan angan tersebut agar bisa terlaksana dalam beberapa waktu ke depan.

Beberapa tahun lalu, Badan Antarika Amerika Serikat (NASA) membuat pernyataan mengenai potensi Planet Mars sebagai "rumah kedua" bagi manusia. Bersama dengan Hawaii Space Explorations Analog and Simulation (HiSeas), Nasa menjadi sponsor dari proyek habituasi di Mars ini. Dalam laman dailymail.com, keduanya mengumumkan masa depan habitat manusia yang akan mulai mengekspansi Mars. NASA menggambarkan proyek habitat baru manusia ini dalam bentuk 3D printing.

Awalnya, akan ada beberapa Marstronot (sebutan untuk astronot yang akan mengeksplorasi Mars). tempat tinggal mereka rencananya akan berbentuk seperti kubah dengan beberapa sekat kamar. untuk menghindari sesak nafas, kubah dibangun menjulang tinggi. disediakan pula perlengkapan dan akses yang cukup. sementara, untuk suplay energi, para marstronot ini mengandalkan Matahari. aliran listrik yang diperlukan diambil dari bahan bakar hidrogen yang juga berfungsi sebagai cadangan energi.

Proyek ini gak main-main lho, kabarnya dengan dana sekitar 1,2 juta dolar AS tersebut akan dimulai pada 2025 dengan mengirim koloni marstronot. Tapi jangan dipikir setelah sampai di Mars bisa balik lagi ke Bumi yah. Sekali menginjak Mars dan menetap, gak ada kesempatan untuk kembali pulang ke Bumi. Wow, cukup menantang juga ya misinya. Tapi demi keberlangsungan makhluk hidup, saya rasa ini adalah misi yang mulia dan amat sepadan dengan harapan yang diinginkan.

Peluang di Bulan


Ternyata, mimpi menciptakan rumah kedua bagi manusia tak hanya diwujudkan NASA. pada Juli tahun lalu, European Space Agency (ESA) juga mengincar Bulan sebagai tempat tinggal manusia selain di Bumi. Dikutip melalui laman itechpost.com, ESA sudah mengunggah video mengenai xproject tersebut. Rencananya, project tersebut mulai dipersiapkan pada 2020.

Tidak hanya NASA yang menggunakan 3D printing untuk sketsa proyek, ESA juga melakukan hal yang serupa. Dalam mewujudkan ide tersebut, ESA menggandeng International Space Station (ISS) untuk mempelajari seputar masalah teknis di antariksa dunia.


Prof. Johan Dietrich Woerner selaku Director General of ESA mengatakan pada bbc.com, masa depan di bidang antariksa akan lebih ditingkatkan pada hal mengeksplorasi alam semesta. salah satunya menciptakan tempat tinggal manusia di masa depan. "Kita harus melihat luar angkasa sebagai masa depan dalam skala internasional," kata Woerner.

Kedepannya, Bulan bisa menjadi salah satu tempat yang menjadi rumah manusia di luar angkasa. Bulan merupakan tempat tinggal di salah satu ruang angkasa dengan orbit rendah dari Bumi. Tapi tunggu dulu, kehidupan yang direncakan di Bulan bukan untuk menciptakan beberapa rumah, tempat ibadah atau perkantoran lho. Namun, lebih berkonsep "moon village" yang bisa jadi rekan dan berkontribusi buat komunitas robot dan melancarkan misi astronot serta mendukung satelit komunikasi.

Bagian terjauh dari Bulan ternyata memiliki sisi yang sangat menarik. Selain bisa mengeksplorasi energi Matahari, bakalan ada sebuah teleskop yang ditempakan di Bulan untuk melihat dunia secara keseluruhan. AS mungkin ingin cepat menuju Mars, namun apa yang dilakukan terhadap Mars harus diterapkan dahulu pada Bulan. Salah satunya melalui 3D printing yang digunakan pada Mars akan lebih bagus bila diterapkan pada Bulan terlebih dahulu.

Mempelajari Bulan akan lebih mudah dan bisa segera mengevakuasi tim apabila terjadi sesuatu yang berbahaya. Manusia yang berada di bulan juga akan lebih cepat di evakuasi. Sebab, menerapkan sesuatu yang sudah ada di bumi untuk dibawa ke luar angkasa akan memakan proses cukup lama. Gak ada salahnya juga buat nyoba hal tersebut di Bulan dengan jarak waktu hanya empat hari dari Bumi sementara menuju Mars perlu waktu lebih panjang yaitu enam bulan, lama banget kan!

Dalam penjelasan Woerner soal Bulan, ia mengatakan, desa di Bulan akan lebih Multinasional. Salah satunya bisa menjadi tempat singgah para astronot, baik bagi Russian Cosmonauts atau bahkan Chinese Taikonauts. "Untuk itu kami perlu melakukan koordinasi dengan banyak negara", jelas Woerner. Dengan melakukan koordinasi dan kerjasama terhadap negara- negara lain bakal nyiptain kesatuan paling baik. Pada Juli kemarin, untuk proyek "moon village" memang masih dalam bentuk proposal ide. Rencananya, ESA bakal ngirim astronotnya pada tahun 2030. Sementara, persiapannya akan dilakukan 10 tahun sebelumnya.

Well, tidak bisa dipungkiri bumi kita ini emang udah tua. Udah banyak perubahan radikal yang sifatnya destruktif. Kita memang perlu menjaganya dan tidak dipungkiri menjaga itu artinya memperlambat kerusakannya. Tentunya, gak ada salahnya dong kalo kita punya plan b dengan memulai eksplorasi planet lain diluar angkasa sana, berawal dari eksplorasi Bulan.


Unknown

Blogger yang suka banget sama coklat. Lahir di Jakarta tapi menetapkan hati serta pekerjaan di Jogja.

0 comments: